Direktur RS Indonesia Gaza Gugur: Israel Serang, Warga Berduka

Beritasob.com – Dunia kemanusiaan di Palestina berduka. Dr. Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, gugur akibat serangan udara militer Israel pada Rabu (2/7/2025). Insiden tragis ini terjadi setelah Israel menargetkan sebuah bangunan di tengah perumahan padat penduduk di wilayah barat daya Gaza.
Mengutip laporan BBC, serangan brutal tersebut tidak hanya merenggut nyawa Dr. Marwan, melainkan juga beberapa anggota keluarganya. Kementerian Kesehatan yang dikelola kelompok Hamas segera mengutuk serangan udara Israel ini, mengecamnya sebagai tindakan keji yang tidak dapat diterima terhadap petugas kesehatan.
Baca juga: Rekam Jejak Marwan Al-Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza yang Terbunuh dalam Serangan Israel
Dunia Medis Gaza Kehilangan Sosok Penting
Kabar duka ini sontak menyelimuti warga Gaza, yang kini harus kehilangan sosok penting dalam dunia medis. Dr. Marwan Al Sultan, yang dikenal luas sebagai dokter spesialis jantung berpengalaman, adalah figur krusial bagi sistem kesehatan di Gaza. Berdasarkan data dari Healthcare Workers Watch (HWW), kepergian beliau menjadikan ia petugas kesehatan ke-70 yang meninggal akibat serangan Israel selama 50 hari terakhir.
Direktur HWW, Muath Alser, mengungkapkan bahwa wafatnya Dr. Marwan merupakan kerugian besar bagi seluruh komunitas medis dan warga Gaza secara keseluruhan. Ia menyampaikan kekhawatiran mendalam bahwa hilangnya seorang ahli seperti Marwan Sultan akan berdampak serius terhadap kemampuan sistem perawatan kesehatan di Gaza yang sudah sangat rentan. “Ini adalah bagian dari penargetan yang jauh lebih lama dan sistematis terhadap petugas kesehatan yang dijatuhi hukuman tanpa hukuman,” ujar Alser, dikutip dari The Guardian pada Kamis (3/7/2025). Ia menambahkan, “Ini adalah hilangnya nyawa yang tragis, tetapi juga penghancuran puluhan tahun keahlian dan perawatan medis yang menyelamatkan nyawa mereka di saat situasi yang dihadapi warga sipil Palestina sangat buruk.”
Senada dengan itu, Mohammed Abu Selmia, Direktur RS al-Shifa di Gaza, memandang Dr. Marwan Sultan sebagai sosok yang tak tergantikan. Dalam dukacitanya, ia memuji mendiang sebagai cendekiawan terkemuka dan salah satu dari hanya dua ahli jantung yang tersisa di Gaza. “Ribuan pasien jantung akan menderita akibat pembunuhannya,” kata Selmia dengan nada sedih. “Kita tidak punya pilihan selain bersikap tabah, tetapi rasa kehilangan itu sangat menghancurkan.”
Baca juga: Donald Trump Sebut Israel Sepakati Gencatan Senjata di Gaza Selama 60 Hari
Indonesia Berduka atas Kepergian Marwan Al Sultan
Menyusul kabar duka tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia segera menyampaikan belasungkawa melalui akun X @Kemlu_RI pada Kamis (3/7/2025). Kemenlu menegaskan apresiasi pemerintah Indonesia atas jasa dan perjuangan Dr. Marwan yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi kemanusiaan dan perdamaian di Palestina. “Indonesia turut berduka atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza, beserta keluarganya pada tanggal 2 Juli 2025 dan mengutuk serangan Israel tersebut,” tulis Kemenlu dalam cuitannya. Lebih lanjut, Kemenlu menambahkan, “Indonesia kembali menyerukan dihentikannya kekejaman Israel dan dilakukannya gencatan senjata segera di Palestina.”
Baca juga: Donald Trump Sebut Israel Sepakati Gencatan Senjata di Gaza Selama 60 Hari
MER-C Indonesia Mengecam Keras Serangan Israel
Secara terpisah, Organisasi sosial kemanusiaan MER-C Indonesia turut mengecam keras tindakan Israel yang mengakibatkan gugurnya Dr. Marwan. Menurut MER-C, Dr. Marwan memiliki peran krusial dalam memimpin operasional Rumah Sakit Indonesia di Gaza di tengah situasi yang amat sulit. Dikutip dari Antara pada Kamis (3/7/2025), ia tetap berdedikasi menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina, meskipun terus-menerus menghadapi ancaman serangan udara militer Israel dan keterbatasan sumber daya yang parah.
Meskipun sempat terpaksa keluar dari fasilitas kesehatan RS Indonesia di Gaza pada Desember 2024 akibat blokade, Dr. Marwan tetap memilih untuk tinggal di Gaza utara. Dengan semangat juang yang tinggi, ia bahkan kembali melakukan operasi medis selama periode gencatan senjata pada Januari 2025, menunjukkan komitmen tak tergoyahkan terhadap para pasiennya.
Baca juga: Studi Harvard Ungkap Jumlah Korban di Gaza Capai 377.000, Setengahnya Anak-anak