Bagaimana Gelombang Panas di Eropa Terus Memakan Korban Jiwa?

Beritasob.com – , Jakarta – Gelombang panas ekstrem tengah melanda di Eropa. Suhu di beberapa wilayah bahkan mencapai lebih dari 40°C, memecahkan rekor suhu tertinggi untuk bulan Juni di beberapa negara. Gelombang panas itu telah menyebabkan kebakaran hutan, kematian, dan gangguan infrastruktur.
Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mendesak para pihak berwenang untuk mengubah strategi dari respon reaktif menjadi kesiapan proaktif menyusul tingginya peningkatan kebakaran hutan di Eropa akibat gelombang panas.
“Gelombang panas dan kebakaran hutan bukan lagi peristiwa yang terisolasi; keduanya menjadi kenyataan baru bagi jutaan orang di seluruh Eropa,” kata Birgitte Bischoff Ebbesen, direktur regional IFRC untuk Eropa, dalam sebuah pernyataan.
“Setiap musim panas, kita melihat kematian yang sebenarnya dapat dicegah, hilangnya mata pencaharian, dan dampak pada kesehatan masyarakat. Gelombang panas menjadi lebih mematikan, kebakaran semakin intens, dan orang-orang yang paling berisiko sering kali paling tidak siap,” kata dia lagi.
“Ada kebutuhan mendesak untuk beralih dari respons reaktif ke kesiapsiagaan proaktif. Jika kita lebih siap, kita bisa menyelamatkan nyawa,” ujar Ebbesen, menambahkan.
Federasi tersebut menyerukan pemerintah dan masyarakat Eropa untuk berinvestasi dalam sistem peringatan dini, layanan kesehatan, dan beradaptasi dengan iklim untuk mengurangi korban manusia akibat bencana di masa depan.
Apakah Gelombang Panas?
Gelombang panas adalah periode cuaca yang sangat panas secara tidak normal dan berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu, dengan suhu yang jauh lebih tinggi dari rata-rata normal untuk wilayah dan musim tersebut. Gelombang panas biasanya terjadi ketika sistem tekanan tinggi yang kuat bertahan di suatu daerah, sehingga udara panas terperangkap di dekat permukaan bumi dan awan sulit terbentuk, sehingga sinar matahari langsung memanaskan permukaan tanpa hambatan. Kondisi ini menyebabkan suhu udara meningkat drastis dan bertahan lama.
Gelombang panas umumnya terjadi pada musim panas di kedua belahan bumi, yaitu sekitar bulan Juni hingga Agustus di belahan bumi utara dan Desember hingga Februari di belahan bumi selatan. Di beberapa wilayah seperti India, gelombang panas biasanya terjadi antara Maret hingga Juni, dengan durasi dan intensitas yang bervariasi.
Fenomena ini semakin sering dan intens terjadi akibat perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan suhu rata-rata dan frekuensi kejadian gelombang panas. Gelombang panas dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan manusia, pertanian, infrastruktur, dan meningkatkan risiko kebakaran hutan.
Bagian Eropa Mana Saja yang Terkena Gelombang Panas?
Prancis, seperti dilaporkan Antara, mengalami gelombang panas yang cukup parah. Menurut laporan Antara, dua orang tewas dan lebih dari 300 lainnya dirawat di rumah sakit di seluruh, menurut Menteri Transisi Ekologi Agnes Pannier-Runacher pada Rabu.
Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Kesehatan Prancis Catherine Vautrin mengatakan jumlah panggilan layanan darurat meningkat drastis setelah suhu mencapai puncaknya pada Selasa, 1 Juli. “Kemarin, kami mengamati peningkatan jumlah panggilan layanan darurat untuk bantuan medis di wilayah Ile-de-France sebesar 15 persen, ini peningkatan serius,” kata Vautrin kepada radio RMC.
Sementara itu, badan meteorologi nasional, Meteo Prancis, menetapkan empat departemen dalam status siaga merah tingkat maksimum.
Di Paris, tingkat siaga untuk gelombang panas diturunkan ke tingkat oranye—tingkat satu sebelum maksimum—yang juga diberlakukan di 55 departemen, atau dua pertiga wilayah Prancis.
Di wilayah selatan Provence-Alpes-Cote d’Azur, 8.000 rumah tangga tidak mendapatkan listrik setelah infrastruktur bawah tanah yang terlalu panas menyebabkan pemadaman, lapor BFMTV dengan mengutip operator jaringan energi Enedis.
Jurnal medis Lancet menerbitkan sebuah studi pada 2023 yang mengidentifikasi Paris sebagai ibu kota paling mematikan di Eropa selama gelombang panas, dengan rata-rata 400 kematian terkait panas setiap tahunnya.
Sementara itu, di kota Izmir, Aegean, Turki, kejadian kebakaran hutan telah menewaskan dua orang, sementara lebih dari 100 rumah rusak. Di pulau Kreta, Yunani, lebih dari 5.000 orang, termasuk wisatawan, telah dievakuasi. Kebakaran juga telah memaksa evakuasi di Jerman timur.
Di Yunani, para relawan membantu petugas pemadam kebakaran dengan memberikan pertolongan pertama dan perawatan bagi para pengungsi. Di Turki, tim Bulan Sabit Merah mengirimkan makanan, air, dan barang-barang bantuan.
Di Makedonia Utara, tim berkeliling untuk mendistribusikan hidrasi dan perlindungan sinar matahari kepada para migran di tengah cuaca yang sangat panas, tambah pernyataan itu.
IFRC memperingatkan bahwa hal ini hanyalah awal dari musim panas yang panjang dan berbahaya.
Berapa Banyak Korban Tewas?
Menurut laporan Al Jazeera, gelombang panas yang melanda Eropa pada musim panas 2025 telah menewaskan setidaknya delapan orang hingga awal Juli 2025. Berikut rincian korban berdasarkan negara:
- Spanyol: 4 orang meninggal, termasuk dua orang yang ditemukan tewas saat memadamkan kebakaran hutan di wilayah Catalonia.
- Prancis: 2 orang meninggal, dengan sekitar 300 orang dirawat di rumah sakit akibat masalah terkait panas ekstrem.
- Italia: 2 orang meninggal, termasuk dua pria lanjut usia yang meninggal di pantai Sardinia akibat suhu tinggi.
Selain korban jiwa, gelombang panas ini juga memicu kebakaran hutan besar, penutupan fasilitas umum, dan gangguan infrastruktur seperti pemadaman listrik. Para ahli mengaitkan gelombang panas ini dengan perubahan iklim yang memperparah frekuensi dan intensitas suhu ekstrem di Eropa
Bagaimana Korban di Eropa Sebelumnya?
Tahun 2023: Sekitar 47.690 orang meninggal akibat suhu ekstrem di Eropa, menurut laporan Institut Kesehatan Global Barcelona (ISGlobal). Negara-negara yang paling terdampak adalah Yunani, Bulgaria, Italia, dan Spanyol.
Tahun 2022: Menurut The Guardian, gelombang panas mematikan menyebabkan lebih dari 60.000 kematian di seluruh Eropa, dengan puncak kematian terjadi antara 18 hingga 24 Juli 2022. Italia, Yunani, Spanyol, dan Portugal menjadi wilayah dengan jumlah korban tertinggi.
Periode 1991-2020: Rata-rata kematian akibat cuaca panas di Eropa mencapai sekitar 44.000 kematian per tahun, sementara kematian akibat cuaca dingin lebih tinggi, yaitu sekitar 364.000 kematian per tahun. Namun, kematian akibat panas diperkirakan akan meningkat tajam di masa depan karena perubahan iklim.
Pilihan Editor: Trump Buka Celah Izin Tinggal Pekerja Migran di Pertanian